Pernikahan Merariq Sebagai Bentuk Hubungan Sosial Dalam Mempertahankan Nilia-Nilai Maskulinitas Suku Sasak [Merariq Marriage as a Form of Social Relations in Maintaining Sasak Tribe Masculinity Values]
DOI:
https://doi.org/10.19166/lectura.v1i1.8674Kata Kunci:
Pernikahan Merariq, Konstruksi Sosial, Hubungan Sosial, Nilai-Nilai Maskulinitas, Merariq Marriage, social construction, Sasak tribe, masculinity valuesAbstrak
Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke memiliki keragaman suku budaya yang sangat banyak. Salah satu budaya yang sampai sekarang masih ada dan dijalankan adalah budaya Kawin Lari atau Merariq oleh suku Sasak di desa Sade, Lombok. Proses Merariq sendiri berlangsung secara panjang dan terdapat peran masing-masing dari setiap pelaku Merariq. Jika ditelaah secara lebih mendalam, laki-laki memainkan peran yang vital dalam melaksanakan kegiatan ini, didorong dengan nilai-nilai maskulinitas yang dikonstruksi oleh desa Sade. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan data primer, yaitu wawancara dan observasi serta data sekunder berupa data lain dari jurnal, buku maupun sumber lain yang relevan dengan topik yang dibahas. Wawancara dilakukan kepada local guide, anggota local guide serta pelaku Merariq sendiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa Merariq digunakan sebagai sebuah bentuk hubungan sosial dalam mempertahankan nilai-nilai maskulinitas dan sampai sekarang keberadaannya terus ada seiring terus dilakukannya kegiatan Merariq. Kedudukan laki-laki yang mendominasi sendiri bukan menjadi sesuatu yang buruk melainkan bisa membantu mensukseskan kegiatan Merariq sendiri.
Indonesia, which stretches from Sabang to Merauke, has a great diversity of ethnic cultures. One culture that still exists and is practiced today is the Elopement or Merariq culture by the Sasak tribe in Sade village, Lombok. The Merariq process itself takes a long time and there is a role for each Merariq actor. If examined in more depth, men play a vital role in carrying out this activity, driven by the values of masculinity constructed by Sade village. This research uses a qualitative approach with ethnographic methods. Research data collection was carried out using primary data, namely interviews and observations as well as secondary data in the form of other data from journals, books and other sources relevant to the topic discussed. Interviews were conducted with local guides, local guide members and Merariq actors themselves. The research results show that Merariq is used as a form of social relationship in maintaining masculinity values and to this day its existence continues to exist as Merariq activities continue to be carried out. The dominating position of men in itself is not a bad thing but can help make Merariq's activities a success.
Referensi
Affifah, F. P. (2021). Apa Itu Hubungan Sosial? Simak Penjelasannya Lengkap dengan Bentuk-bentuknya. tribunnews.com. https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/09/02/apa-itu-hubungan- sosial-simak-penjelasannya-lengkap-dengan-bentuk-bentuknya
Badan Pusat Statistik. (2015). Mengulik Data Suku di Indonesia. bps.go.id. https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html
Badan Pusat Statistik. (2023b). Luas Daerah Nusa Tenggara Barat 2015-2017. ntb.bps.go.id. https://ntb.bps.go.id/indicator/153/56/1/luas-daerah-nusa- tenggara-barat.html
Connel, R. (2005). Masculinities (2nd ed.). Polity.
Ciputra, W. (2022). Merarik, Kawin Lari Suku Sasak Lombok, Tradisi Pria Menculik Wanita untuk Dijadikan Istri. Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2022/02/22/151726278/merarik-kawin- lari-suku-sasak-lombok-tradisi-pria-menculik-wanita-untuk?page=all
Creswell, J. W. (2012). Penelitian Pendidikan: Merencanakan, Melaksanakan, dan Mengevaluasi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (4th ed.). Pearson.
Demartoto, A. (2010). Konsep Maskulinitas dari Jaman ke Jaman dan Citranya Dalam Media. Universitas Sebelas Maret.
Gischa, S. (2023). Pengertian Hubungan Sosial dan Ciri-Cirinya. Kompas.com. https://www.kompas.com/skola/read/2023/09/07/160000369/pengertian- hubungan-sosial-dan-ciri-cirinya?page=all
Hamidy, U. (2000). Orang Melayu Di Riau. Uir Pers.
Kabar Harian. (2021). Unsur Pembeda Suku Bangsa: Adat Istiadat hingga Bahasa Daerah. kumparan.com. https://kumparan.com/kabar-harian/unsur-pembeda- suku-bangsa-adat-istiadat-hingga-bahasa-daerah-1wWl245Aqwm/full
Katerina. (2013). Tradisi Unik Kawin Lari, Dilestarikan atau Dikritisi? travelerien.com. https://www.travelerien.com/2013/12/kawin-lari-tradisi- unik-suku-sasak.html
Kimmel, M., & Messner, M. (2007). “Introduction” in Men’s Lives (7th ed.). Allyn and Bacon.
Kusuma, A. I. (2018). Bukan Lagi Kuat Fisik, Ini Pendapat Lelaki Milenial Tentang Arti Maskulin. suara.com. https://www.suara.com/lifestyle/2018/12/04/200000/bukan-lagi-kuat-fisik- ini-pendapat-lelaki-milenial-tentang-arti- maskulin?page=all#:~:text=Suara.com %2D Tak bisa dipungkiri,tidak boleh lemah%2C apalagi mengeluh
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook (3rd ed.). Sage Publications Inc.
Nahdiat, B. N. (2021). 5 Fakta Unik Tradisi Kawin Lari dalam Pernikahan Suku Sasak Lombok. fimela.com. https://www.fimela.com/lifestyle/read/4573244/5-fakta-unik-tradisi-kawin- lari-dalam-pernikahan-suku-sasak-lombok
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito.
Safitri, D. (2022). Uniknya Tradisi Pernikahan Kawin Culik Adat Suku Sasak di Desa Sade Lombok. kumparan.com. https://kumparan.com/dhea63111/uniknya-tradisi-pernikahan-kawin-culik-adat-suku-sasak-di-desa-sade-lombok-1zF3adXn2ic
Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif (1 ed.). Alfabeta.
Utami, S. N. (2022). Bentuk-bentuk Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia. Kompas.com.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/27/110731469/bentuk-bentuk- keragaman-suku-bangsa-dan-budaya-di-indonesia
Walgito, B. (2013). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Andi Offset.
Wulandary, P. (2016). Hubungan Antara Komunikasi dan Kebudayaan. kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/putri312/5711ec27b292731805c879db/hubung an-antara-komunikasi-dan-kebudayaan#:~:text=Jadi hubungan antara kebudayaan dan, luas untuk dikenal masyarakat luas
Yuda, A. (2021). Pengertian Budaya, Ciri, Fungsi, Unsur, dan Contohnya yang Ada di Indonesia. bola.com. https://www.bola.com/ragam/read/4529769/pengertian-budaya-ciri-fungsi-unsur-dan-contohnya-yang-ada-di-indonesia
Yusa, I. M. M., Murdana, I. M., Juliana, Iskandar, A. M., Firdausy, S., Nuswantoro, P., & K., H. (2021). Komunikasi Antarbudaya (1st ed.). Kita Menulis.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Jesslyn Angelique

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
1) Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC-BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
2) Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
3) Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website). The final published PDF should be used and bibliographic details that credit the publication in this journal should be included.