WOMEN'S STRUGGLE AGAINST THE PATRIARCHATE AND COLONIAL HEGEMONY IN PRAMOEDYA ANANTA TOER'S RUMAH KACA
Abstract
In most literary works set in the colonial era, women were described as weak, helpless, unable to resist, unlike the character Siti Soendari whom Pramoedya in the novel Rumah Kaca presented. Soendari became a female intellectual figure who fought against the existing power. This article describes the struggle in breaking down the patriarchal system and criticizing colonial power. This research uses a descriptive qualitative method with feminism and a post-colonial approach. The result shows that Siti Soendari was a female figure who fought intellectually. She was an educated woman who delivered her opinion through writing and speech. The way she fought was manifested by writing in newspapers, building organizations, and giving speeches at a youth meeting. Boycotted by the colonial power, Siti Soendari did not run out of ideas. She circulated her writings instead of publishing them in newspaper. Her struggle was unique because her goal was not just to create gender equality. She struggled to foster a nationalist nature among young people. In other words, she fought not only for women but also for her nation and country. This study recommends that the novel Rumah Hijau can be used as primary reading material in high schools and colleges.
BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Dalam kebanyakan karya sastra berlatar zaman penjajahan, perempuan digambarkan lemah, tak berdaya, tidak mampu melawan. Berbeda dengan tokoh Siti Soendari yang dihadirkan Pramoedya dalam novel Rumah Kaca. Siti Soendari menjadi sosok perempuan intelektual yang melakukan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada. Artikel ini mendeskripsikan perjuangan tersebut dalam mendobrak sistem patriarkat dan mengkritisi kekuasaan kolonial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan feminisme dan postkolonial. Hasil penelitian menunjukkan Siti Soendari adalah tokoh perempuan yang melakukan perjuangan dengan cara intelektual. Ia perempuan terdidik yang mampu menyuarakan pendapatnya lewat tulisan maupun lisan. Wujud perjuangan tokoh ini, antara lain; menulis di surat kabar, membangun organisasi, dan berpidato di pertemuan-pertemuan pemuda. Saat perjuangannya diboikot oleh kekuasaan kolonial, Siti Soendari tidak kehabisan akal. Tulisan-tulisannya tidak lagi dipublikasi melalui surat kabar, melainkan diedarkan dari orang ke orang. Perjuangan Siti Soendari menjadi unik karena tujuannya bukan sekadar menciptakan kesetaraan gender. Perjuangannya bertujuan menumbuhkan sifat nasionalis di kalangan pemuda. Dengan kata lain, ia tidak sekadar berjuang untuk kaum perempuan tetapi juga untuk bangsa dan negaranya. Hasil penelitian ini merekomendasikan novel Rumah Kaca digunakan sebagai bahan bacaan utama di sekolah menengah maupun perguruan tinggi.
Keywords
DOI: http://dx.doi.org/10.19166/pji.v17i2.3447
Full Text:
PDFReferences
Andriasari, D. (2019). Membaca ulang teks Al-Quran dalam perspektif feminisme serta pengaruhnya terhadap akses keadilan sosial di Indonesia. Jurisprudensi: Jurnal Ilmu Syari’ah, Perundang-undangan dan Ekonomi Islam, 11(2), 121-145. Retrieved from https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/jurisprudensi/article/view/1193
Arbain, J., Azizah, N., & Sari, I. N. (2015). Pemikiran gender menurut para ahli: Telaah atas pemikiran Amina Wadud Muhsin, Asghar Ali Engineer, dan Mansour Fakih. SAWWA, 11(1), 75-93. https://doi.org/10.21580/sa.v11i1.1447
Deshpande, H. V. (2018). Research in literature and language: Philoshopy, areas, and methodology. Chennai: Notion Press.
Nourma, E. (2011). Sri Rinjani. Pancor Selong Lombok Timur, Indonesia: STKIP Hamzanwadi Press.
Purbani, W. (2013). Watak dan perjuangan perempuan dalam novel-novel karya penulis perempuan Indonesia dan Malaysia awal abad 21. Litera, 12(2), 367-380. Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/1596/1329
Putra, A. M. (2020). Perempuan dan kebebasan: Sebuah eksplorasi atas legenda Jaka Tarub. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 7(1), 55-71. Retrieved from http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/139/91
Ratna, N. K. (2015). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta. Indonesia: Pustaka Pelajar.
Saraswati, E. (2013). Potret wanita simpanan dalam novel gadis pantai, belenggu, bekisar merah, dan pengakuan Pariyem: Sebuah studi komparatif dengan pendekatan feminisme. Jurnal Artikulasi, 10(2), 664-692. Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jib/article/viewFile/1248/1337
Saputra, A. D. (2011). Perempuan subaltern dalam karya sastra Indonesia poskolonial. LITERASI: Indonesian Journal of Humanities, 1(1), 16-30. Retrieved from https://jurnal.unej.ac.id/index.php/LIT/article/view/649
Sukmawati, L., Sudardi, B., & Susanto, D. (2017). Perempuan sasak dalam novel Sri Rinjani karya Eva Nourma: Kajian feminisme. Haluan Sastra Budaya, 1(2), 177-190. https://doi.org/10.20961/hsb.v1i2.15194
Suyitno & Nugraha, S. D. (2014). Canonization of four Indonesian contemporary novels written in the 21st century: Questioning public recognition and acceptance towards the ideas of feminism. Journal of Language and Literature, 5(1), 33-40. https://doi.org/10.7813/jll.2014/5-1/6
Teew, A. (2003). Sastera dan ilmu sastera. Jakarta, Indonesia: Dunia Pustaka Jaya.
Toer, P. A. (2011). Rumah kaca. Jakarta, Indonesia: Lentera Dipantara.
Toer, P. A. (2007). Gadis pantai. Jakarta, Indonesia: Lentera Dipantara.
Wiyatmi. (2014). Kritik sastra feminis: Teori dan aplikasinya dalam sastra Indonesia. Yogyakarta, Indonesia: Ombak.Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Iko Agustina Boangmanalu, Bernard Richard Nainggolan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Faculty of Education | Universitas Pelita Harapan | Lippo Karawaci, Tangerang, Indonesia, 15811 | Tel +62 21 5460901 | Fax +62 21 5460910