SELF EFFICACY DAN PEMANFAATAN BISKUIT LABU KUNING SEBAGAI MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP PENCEGAHAN STUNTING PADA GOLD PERIOD DI SIOSAR [SELF EFFICACY AND THE USAGE OF PUMPKIN BISCUIT AS FOOD SUPPLEMENTS FOR STUNTING PREVENTION ON GOLD PERIOD IN SIOSAR]
Abstract
Background. Globally, there are around 101 million children under 5 years who are under the ideal body weight and 165 million children are stunted. Based on the Basic Health Research (Riskesdas), there are 37.2% of children under 5 years in Indonesia experiencing stunting. Stunting describes the incidence of malnutrition in toddlers that lasts for a long time and its impact is not only physically but also on cognitive function. The PURPOSE of this community service is to empower the community to arise their self-efficacy by utilizing pumpkin biscuits to prevent stunting. The METHOD is carried out in 4 stages, namely reviewing participatory rural conditions, group development, planning and implementing activities as well as participatory monitoring and evaluation. RESULTS in the Siosar area, pumpkin is very easy to obtain because 90% of the local people are vegetable farmers, one of which is pumpkin. Therefore, this activity can solve the problems that exist in Siosar by utilizing agricultural products, namely pumpkin, to be processed in a modern form into biscuits so that babies and pregnant women can consume them easily and it is useful to prevent stunting.
BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Latar Belakang. Secara global terdapat sekitar 101 juta anak dibawah usia 5 tahun yang termasuk dibawah berat badan ideal dan 165 juta anak mengalami stunting. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat 37,2 % anak balita di Indonesia mengalami stunting dan tahun 2018 sekitar 37 % (90 juta) anak mengalami stunting di Indonesia. Stunting menggambarkan kejadian kurang gizi pada balita yang berlangsung dalam waktu yang lama dan dampaknya bukan hanya secara fisik tetapi justru pada fungsi kognitif. TUJUAN pengabdian kepada masyarakat ini untuk memberdayakan masyarakat agar muncul self efficacy dan masyarakat mampu memanfaatan biskuit labu kuning untuk pencegahan stunting. METODE yang dilakukan dengan 4 tahap yaitu mengkaji keadaan pedesaan partisipatif, pengembangan kelompok, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan serta monitoring dan evaluasi partisipatif. HASIL di wilayah Siosar labu kuning sangat mudah diperoleh karena 90% masyarakat setempat adalah petani sayur, salah satu tanaman yaitu labu kuning. Oleh karena itu kegiatan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di Siosar dengan memanfaatkan hasil pertanian dan hasil labu kuning yang didapat diolah dengan bentuk yang modern menjadi biskuit sehingga bayi dan ibu hamil dapat mengosumsi dengan mudah sehingga bermanfaat untuk mencegah terjadinya stunting.
Keywords
DOI: http://dx.doi.org/10.19166/jspc.v5i3.4752
Full Text:
PDFReferences
Asmira, P. A. A. S. (2017). Pengaruh Penambahan Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dan Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus) Terhadap Mutu Oragnoleptik, Kadar Protein dan Vitamin A Biskuit. Jurnal Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya, 1(1). https://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nutri-Sains/article/view/1992
Babatunde, R. O., Olagunju, F. I., Fakayode, S. B., & Sola-Ojo, F. E. (2011). Prevalence and determinants of malnutrition among under-five children of farming households in Kwara State, Nigeria. Journal of Agricultural Science, 3(3), 173-181. https://doi.org/10.5539/jas.v3n3p173
Chamidah, A. N. (2009). Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jurnal pendidikan khusus, 5(2), 83-93.
Desai, M. P. (2003). Growth Disorders. MJAFI, 59, 278-282. https://doi.org/10.1016/S0377-1237(03)80134-X
Hendrayati, H., & Asbar, R. (2018). Analisis Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12 Sampai 60 Bulan. Media Gizi Pangan, 25(1), 69-76. https://dx.doi.org/10.32382/mgp.v25i1.64
Irwanto, Suryawan A., & Narendra, M. B. (2006). Penyimpangan Tumbuh Kembang. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI; Surabaya 26 – 30 July 2006.
Junita, D., Setiawan, B., Anwar, F., & Muhandri, T. (2017). Komponen Gizi, Aktivitas Antioksidan Dan Karakteristik Sensori Bubuk Fungsional Labu Kuning (Cucurbita moschata) dan Tempe. Jurnal Gizi dan Pangan, 12(2), 109-116. https://doi.org/10.25182/jgp.2017.12.2.109-116
Liu, L., Oza, S., Hogan, D., Perin, J., Rudan, I., Lawan, J. E., Cousens, S., Mathers, C., & Black, R. E. (2015). Global, Regional, and National Causes of Child Mortality in 2000 – 13, with Projections to Inform Post – 2015 Priorities: An Updated Systematic Analysis. Lancet, 385, 430-40. https://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(14)61698-6
Oktarina, Z., & Sudiarti T. (2013). Faktor Resiko Stunting Pada Balita (24-59 Bulan) di Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(3),175-180. https://doi.org/10.25182/jgp.2013.8.3.177-180
Ranonto, N. R., Nurhaeni, N., & Razak, A. R. (2015). Retensi karoten dalam berbagai produk olahan labu kuning (Cucurbita moschata Durch). Natural Science: Journal of Science and Technology, 4(1).
Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta, Indonesia: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 16.
Sari, E. M., Juffrie, M., Nurani, N., & Sitaresmi, M. N. (2016). Asupan protein, kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 12(4), 152-159.
World Health Organization. (2013). Essential nutrition actions: improving maternal, newborn, infant and young child health and nutrition. https://www.who.int/publications/i/item/9789241505550
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Lidya Natalia Br Sinuhaji, Juliana Munthe, Astaria Ginting
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Center for Research and Community Development (Lembaga Penelitian dan Pengadian kepada Masyarakat) | Universitas Pelita Harapan | Lippo Karawaci, Tangerang, Indonesia, 15811| +62 21 546 0901 | redaksi.pkmcsr@uph.edu